Sabtu, 24 November 2012
Cerpen Realita
Malam Satu Syuro
Ketika matahari berada di zenith cakarawala dunia, terangan dari fikiran seorang bernama fikri akan mendaki sebongkah gunung di kawasan klakah, kabupaten Lumajang. Dia mengungkapkan semua perasaannya kepada semua anggota pendekar hijau sebuah sebutan para ranger yang sehobi dengannya, maklun selama ini mereka sama – sama menganggur, tiada kerjakan menjelajahi dunia antah berantah bersama – sama kembali, namun diantara semua anggota muncul satu pemberani yang menawarkan jasanya untuk menemani fikri untuk mendaki dan menjelajahi alam malam satu syuro di pegunungan lemongan yang terkenal mistis pada waktu itu. Dialah aiz, anggota muda para pendekar hijau yang baru saja melaksanakan pendidikan dasar. Mereka mulai merencanakan rencana agar dapat menapaki alam dengan perasaan senang dan hati nyaman. Memang apa yang ada d benak mereka, mereka dengan bangganya mendaki pada malam itu padahal terjadi perdebatan pada hati mereka antara syahwat dan tradisi yang melarang mereka untuk mendaki daratan tersebut, tapi anehnya mereka malah berfikir bukan ranger jikalau pendakian tersebut gagal hanya karena tradisi yang belum terbukti kebenarannya,. Mereka mulai menyiapkan segala hal yang dibutuhkan saat disana, paling hanya kebtuhan survival yang gila dan perlengkapan secukupnya. Tanggal 29 bulan besar digunakan mereka untuk mempersiapkan segalanya dengan matang dari perlengkapan sampai konsumsi yang akan dimakan disana.
“Bro, gak bawa sesajen?”aiz bertanya
“ngaco lo, mau mati disana!”fikri menjawab
Sebuah niat yang gila dari aiz saat mau membawa sesajen saat mengunjungi tempat mistis tersebut, untungnya fikri sebagai orang yang sudah mengetahui dan pernah menapaki kerasnya alam disana dapat menahan niat aiz yang ingin mencari wangsit dalam istilah orang jawa.
Ketika mencapai hari terakhir pada bulan besar, mereka tetap melaksanakan kegiatan dipaginya, mereka tetap mengunjungi peradaban tempat mereka mencari pengetahuan tentang hikuk pikuk asas dan filsafat dunia. Sepulangnya dari sana mereka langsung packing di rumah masing – masing dan setelah itu berkumpul di KA, bukan singkatan kereta api lo ya, tempat ini merupakan singkatan dari kartini, maksudnya tempat orang – orang menikmati secangkir kopi hangat disertai canda dan tawa. Peribadatan saat tinggi bayangan sama dengan bendanya telah dilakukan, mereka langsung berangkat ke desa papringan, klakah, tempat mereka melakukan kegiatan alam yang gila. Ketika matahari menyurupkan cahayanya, mereka sampai di desa papringan yang sudah mulai gelap dan dipenuhi suguhan alam dan bukit yang elok dihati
“lanjut Bro?”fikri bertanya.
“lanjut Brai”.Aiz menjawab. Dengan gagahnya sok berani, biasalah feeling anak pertama yang merasakan indahnya surga dunia, belum tau kondisi sesungguhnya ia.
Saat matahari menutupkan alisnya mereka mulai sampai di kamp pertama mbah citro, sebuah petilasan tua berusia ratusan tahun, yang waktu itu penuh dengan peziarah yang sibuk memasang doa dan sesajen disana. Lalu mereka mulai melaangkahkan kakinya memasuki alam hutan dan padang savanna luas yang menjulang dari atas ke nadir kaki dimana mata mereka melihat. Langkah demi langkah mereka tapakkan, diangkatlah dagu mereka bersama sambil berteriak “TABAH SAMPAI BERHASIL”gerang mereka berdua.
“masih jauh mas bro”?tanya Aiz, dengan terhengus – hengus.
“dekat lagi kok”. Sedikit menipu aiz, padahal pos watu gede masih sisa dua bukit lagi.
Cahaya matahari sudah tidak menampakkan biasannya, mereka mengeluarkan senter agar dapat melihat dunia malam di sekitar mereka.
Brrrrrr wssshhhhh.
“Suara apa itu “ gerang aiz, padahal hanya hembusan angin yang yang melalui pepohonan.
“fik, gua takut bener ni”. Gerang aiz kembali.
“Santai bro, lanjutkan saja langkahmu, jangan kau tengok kanan kiri bro, nanti malah membuatmu takut.” Mendinginkan aiz.
“oke – oke bang”. Aiz menjawab.
Setengah perjalanan mereka lalui, mereka mengalami kendala yang hebat, tersesatlah penyebab utamanya. Hal itu lantas membuat hati mereka berdua mejaadi risau dan galau.
“bro, ini mana jalannya?”aiz bertanya
“kayaknya ke kiri bro.” fikri menjawab tanpa alasan.
Berjalanlah mereka ke kiri, dengan tabah mereka berjalan padahal mengambil jalan yang salah dan membuat mereka tersesat sedemikian rupa di savanna yang kejam dan berisi dengan hebatnya hukum dan dalil alam.
“kayaknya kita tersesat bro”. Gerang fikri
“loh, serius bro.”Aiz membalas.
“serius ni.” Fikri menjawab. “walau gimanapun kita harus kembali ke jalur sebelumnya dan mengambil jalan kanan bro.”fikri membenarkan
“gimana sih, katanya sudah paham jalan di sekitar sini payah lu”. Aiz memprotes.
“diam aja lu, kau pikir aku ini penjaga kawasan ini apa”. Fikri membalas.
Akhirnya mereka kembali menapaki kembali jalan yang sebelum itu mereka lalui, dan mencari – cari menuju jalan yang benar menuju watu gede di persimpangan bukit sebelumnya. Sungguh perjalanan yang penuh mistis dan hidangan alam yang tidak biasa.
cetaaarrr..”ada petir brai gimana ni?”aiz menggerang.
“aduh, kayaknya mitos tersebut benar brai”. Fikri mendongeng
“santai perbanyak dzikir, kita perbanyak dzikir kepada allah, supaya kita dapat perlindungan dari beliau broo”.ustad aiz mendakwah
“tanpa kau suruh aku sudah melakukannya iz,”gerang fikri.
“bagus, bagus, bagus,”tambah aiz. Maklun aiz merupakan cucu ki mas sayyadi yang terkenal di probolinggo
Tidak terasa waktu terus berlanjut, badai pun menerkam mereka petir dimana – mana, mungkin terbesit diangan mereka suatu penyesalan yang mendalam melawan tradisi yang sebenarnya alam yang membuatnya. Tapi meskipun alam tidak memberikan yang terbaik bagi mereka, mereka tetap harus melanjutkan perjalan tersebut karena sudah suatu resiko yang mutlak bagi mereka tak terhitung kapan dan dimana mereka berada. Sungguh suatu konflik fisik dan batin yang mereka pikirkan sudah membuat otak dan hati beku dalam menghadapi terjangan alam.
“keluarkan poncomu”suruh fikri.
“aduh poncoku di dalam tas bray” tambah aiz
“bodoh kau, padahal barusan diksar, kau menaruh poncomu di dalam tas”. fikri menggerang
“dasar kau ini, egois kau. Jangan hiraukan masalah itu cepat bantu aku.”aiz menjawab.
“alah bastard lu, alibi lu aja kali. sana buka sendiri tas mu.”fikri mengacau
“Shiiit lu”.aiz menyetujui.
Hujanpun turun disertai petir yang menggelegar telinga dan angin yang membahana, namun mereka masih sibuk membuka tas aiz untuk mencari ponco yang di taruh dalam tas. Saat ponco tersebut sudah dipakai untuk perlindungan dari hujan, mereka melanjutkan perjalanan mencari point trek yang benar menuju watu gede. mataharipun berada di nadir kehidupan mereka, mereka mulai menemukan jalan di persimpangan sebelumnya, yang berada jauh di bukit sebelumnya. Dan mereka pun saling menyadari satu sama lain setelah terjadi perdebatan yang sangat hebat antara kedua orang tersebut. Dan melanjutkan perjalan ke watu gede melewati hutan belantara dunia antah berantah yang dibumbui badai lemongan yang mengejutkan mereka.
Lama berjalan mereka pun sampai di watu gede, sebuah onggahan batu besar beserta tanah lapang yang tidak begitu luas. Setelah sampai disana mereka memasang biuvac di atas batu besar dan diikat di antara kedua pohon yang mulai tumbang. Bagaikan sebuah kamp pengungsian korban perang dan tidak ada rumah susun untuk didiami.
“keluarkan kompor bro!”suruh fikri
“oke oke oke”aiz menjawab.
Biuvacpun mereka bangun dan mereka mulai memasak kopi hangat, tapi sayanngnya mereka lupa membawa gula yang seharusnya menjadi pemanis malam indah mereka.
“aduh brai, gua lupa membawa gula”fikri menggerang.
“alah, gitu lo menghina gua, bastard balik buat lu”.aiz menggerang.
“gak papa bray, lu kan bawa coklat bray”fikri menjawab.
“ciyusss”aiz menjawab
“ya, kita buat gula bray, biar manis kayak gua hahahahaha”fikri menggurau
Akhirnya mereka menikmati nkmatnya kopi cokelat panas di atas watu gede dan saling membagi cerita pengalaman cinta mereke berdua. lalu mereka bernyanyi music regae bersama – sama. Tak lama kemudian mereka mengambil sleping bad masing – masing dan tidur di atas onggahan batu besar dan menikmati sisa malam yang indah bersama aungan srigala di hutan antah berantah dan tidak menghiraukan apa yang terjadi setelah itu, hingga matahari membiaskan cahayanya kembali.
Mataharipun telah membiaskan cahayanya merekapun bangun dan melaksanakan peribadatan kepada tuhan mereka atas keselamatan yang telah diberikan selama malam yang keras menemani kedua pendekar yang gila ini.
Selasa, 04 September 2012
Renungan Ranu Kumbolo
Kembali kurenungkan suatu suguhan alam yang tiada duanya. Dimana tuhan tak segan untuk menciptakannya. Teringat kitab suci yang dibawa oleh rasulnya dan diberikan untuk umat manusia,
sungguh ku tak berdaya dan hanya berkata allahuakbar dan allahuakbar sungguh besar ciptanya. dan dalam hatiku yang hening berkata ku tak akan membiarkan ciptaannya yang indah ini hilang menjadi kenangan yang tak akan terlihat kembali. ku akan kembali kesana demi janji suci yang sudah terucap hingga akhir hayat.allahumma sholli ala muhammad,,,. Terimakasih para pasukan pendekar hijau yang telah menuntunku ke tempat yang tak bisa kubayangkan dalam anganku. Mungkin tuhsn mengirim kalian padaku untuk membuktikan ciptaanya yang agung. dan untuk membuka mata hatiku akan kebenaranmu.
RANU KUMBOLO
Ranu Kumbolo merupakan tempat yang terkenal dengan danau dan pemandangan yang hijau di sekitarnya. Bentuknya seperti lembah, jangan heran jika cuaca di tempat ini sangat dingin dan sejuk. Danaunya sangat cantik, biru dan dingin. Danau Ranu Kumbolo seolah menjadi oase di ketinggian 2.400 mdpl.
Pemandangan di sekitar danau sangat meneduhkan mata. Perpaduan pohon cemara, semak-semak yang hijau, dan langit yang biru, akan memanjakan Anda. Banyak pendaki berkemah di sini, selain karena tempatnya yang sejuk, keindahan sunrise atau matahari terbitnya pada pagi hari wajib untuk dilihat.
Sunrise di Ranu Kumbolo sangat cantik dan mempesona. Warna cahaya mentari yang keemasan terpantul oleh permukaan danau. Tidak hanya itu, apakah Anda ingat bagaimana menggambar sunrise saat masih anak-anak dulu? Ya, pasti gambaran sunrisenya adalah matahari muncul dari tengah-tengah bukit. Di Ranu Kumbolo, sunrisenya seolah gambaran sunrise yang hidup dari masa kecil Anda.
Siapkan kamera terbaik Anda untuk mengabadikan sunrise di tempat ini. Sungguh, untaian kata pun sangat sulit untuk menggambarkan sunrise Ranu Kumbolo. Pengalaman tersebut, mungkin menjadi yang tidak akan terlupakan seumur hidup.
Silakan berkunjung ke Ranu Kumbolo dan menyaksikan salah satu sunrise yang terbaik di Pulau Jawa.
Rabu, 29 Agustus 2012
Lembah Plasma
Lembah Plasma terletak antara Gunung
Lemongan dan Gunung Tarub. Gunung Tarub dan gunung Lamongan (Asal kata dari
bahasa pandalungan “Klemongan atau Lemongan” yang berarti ”membingungkan”)
sedangkan Tarub berasal dari kata “Terop” yang berarti menaungi karena
puncaknya yang selalu tertutup awan, terletak di perbatasan dua kabupaten,
yakni kabupaten Lumajang (Desa Papringan kecamatan Klakah) dan Kabupaten
Probolinggo (Desa Gedangan kecamatan Tiris). Kedua gunung ini merupakan satu
gugusan gunung berjenis strato yang masih aktif dan tergolong gunung api paling
berbahaya dengan catatan letusan terakhir pada bulan Februari 1898 menyebabkan kerusakan
besar di daerah Lumajang dan Probolinggo hingga menyisakan ketinggian sekitar
1651 mdpl untuk puncak gunung Lamongan dan 1671 untuk puncak gunung Tarub serta
menghasilkan Lembah kecil di tengahnya (Lembah Plasma) dan 36 Maar (danau
kawah) di sekelilingnya.
Tim dari Plasma yang dipimping
oleh Iwan Slash salah satu alumni kami dari angkatan XIV membutuhkan waktu 2
hari 3 malam, perjalanan di mulai dari klakah, kami memulai perjalanan pada
malam hari menuju camp pertama yaitu watu gede,
dipagi hari kami menyiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan ke puncak
G.lemongan yang penuh dengan perjuangan dan membutuhkan semangat sangat tinggi,
hal itu dikarenakan trek yang berbahaya dan menanjak. Setelah melaksanakan
perjalanan yang panjang kami melakukan perjalanan menuju camp yang kedua, hal
itu pun sangat berbahaya karena kami harus melipiri bukit berbatu di puncak
lemongan. Dan akhirnya sampailah di camp kedua dan kami mendirikan tenda disana
semalaman. Hari keesoknya kami mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan
ke lembah plasma dan harus turun kembali kesisi yang satunya yaitu lembah di
celah antara lemongan dan tarub, disitu mulailah pembukaan trek karena masih
jarang dijamah orang lain. Dan tidak luput kami memasang trek point pada setiap
trek yang akan dilalui. Setelah beberapa jam melakukan perjalanan akhirnya kami
sampai pada lembah agung plasma.
FAKTA LEMBAH PLASMA
Berdasarkan catatan Junghun , yakni seorang naturalis, doktor, botanikus, geolog dan pengarang berkebangsaan Jerman lalu berganti Belanda (Buch "Java seine Gestalt, Pflanzendecke und innere Bauart" Band 1. Arnoldische Buchhandlung, Leipzig 1852), Lembah "PLASMA" ini adalah kawah sebenarnya dari gunung Lamongan yang dihasilkan dari letusan gunung Lamongan Purba ketika masih merupakan kerucut raksasa. Karena itu, di lembah ini aktifitas vulkanik masih terasa sampai saat ini, ditandai dari tanah yang hangat dan terkadang berasap, jenis tanah berupa pasir kasar berwarna hitam keputih-putihan sebagai akibat dari proses pelapukan batuan vulkanik yang terbentuk saat terjadinya letusan gunung Lamongan purba terjadi, dan pohon-pohon yang jarang tumbuh hanya didominasi lumut yang sangat tebal yang tumbuh di tanah dan batu sebagai indikasi masih adanya gas sulfur(belerang) disana. Karena itu, di lembah PLASMA sebenarnya sangat rawan terbentuk gas beracun, yakni gas methan yang dihasilkan dari timbunan gas sulfur di dalam tanah yang sangat lama tersimpan. Dan ketika gas ini keluar dari tanah kemudian bercampur dengan : ir hujan atau embun, maka akan sangat berbahaya bagi manusia, seperti contohnya yang sering terjadi di kawah ratu -jawa barat.
Berdasarkan catatan Junghun , yakni seorang naturalis, doktor, botanikus, geolog dan pengarang berkebangsaan Jerman lalu berganti Belanda (Buch "Java seine Gestalt, Pflanzendecke und innere Bauart" Band 1. Arnoldische Buchhandlung, Leipzig 1852), Lembah "PLASMA" ini adalah kawah sebenarnya dari gunung Lamongan yang dihasilkan dari letusan gunung Lamongan Purba ketika masih merupakan kerucut raksasa. Karena itu, di lembah ini aktifitas vulkanik masih terasa sampai saat ini, ditandai dari tanah yang hangat dan terkadang berasap, jenis tanah berupa pasir kasar berwarna hitam keputih-putihan sebagai akibat dari proses pelapukan batuan vulkanik yang terbentuk saat terjadinya letusan gunung Lamongan purba terjadi, dan pohon-pohon yang jarang tumbuh hanya didominasi lumut yang sangat tebal yang tumbuh di tanah dan batu sebagai indikasi masih adanya gas sulfur(belerang) disana. Karena itu, di lembah PLASMA sebenarnya sangat rawan terbentuk gas beracun, yakni gas methan yang dihasilkan dari timbunan gas sulfur di dalam tanah yang sangat lama tersimpan. Dan ketika gas ini keluar dari tanah kemudian bercampur dengan : ir hujan atau embun, maka akan sangat berbahaya bagi manusia, seperti contohnya yang sering terjadi di kawah ratu -jawa barat.
Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan
Perkembangan
Pertumbuhan adalah
proses kenaikan massa dan volume yang
irreversibel (tidak
kembali ke asal) karena
adanya tambahan
substansi dan
perubahan bentuk yang
terjadi selama
proses tersebut.
Perkembangan adalah
proses menuju tercapainya kedewasaan atau
tingkat yang lebih
sempurna. Perkembangan tidak dapat dinyatakan
secara kuantitatif.
Perkembangan merupakan proses yang berjalan sejajar
dengan pertumbuhan.
Pertumbuhan pada
tumbuhan terutama terjadi pada jaringan
meristem (ujung akar,
ujung batang, dan ujung kuncup). Tumbuhan
monokotil tumbuh
dengan cara penebalan karena tidak mempunyai
kambium, sedangkan
tumbuhan dikotil pertumbuhan terjadi karena
adanya aktivitas
kambium. Kambium memegang peranan penting untuk
pertumbuhan diameter
batang. Kambium tumbuh ke dalam membentuk
xilem (kayu), ke arah
luar membentuk floem.
Terdapat 3
daerah (zona) pertumbuhan dan perkembangan.
a. Daerah pembelahan (daerah meristematik)
Merupakan
daerah yang paling ujung dan merupakan tempat
terbentuknya
sel-sel baru. Sel-sel di daerah ini mempunyai inti sel yang
relatif
besar, berdinding tipis, dan aktif membelah diri.
b. Daerah pemanjangan
Merupakan
daerah hasil pembelahan sel-sel meristem. Sel-sel hasil
pembelahan
tersebut akan bertambah besar ukurannya sehingga menjadi
bagian dari
daerah perpanjangan. Ukuran selnya bertambah beberapa
puluh kali
dibandingkan sel-sel meristematik.
c. Daerah diferensiasi
Merupakan
daerah yang terletak di bawah daerah pemanjangan. Selsel
di daerah ini
umumnya mempunyai dinding yang menebal dan
beberapa di
antaranya mengalami diferensiasi menjadi epidermis, korteks,
dan empulur.
Sel yang lain berdiferensiasi menjadi jaringan parenkim,
jaringan penunjang, dan jaringan pengangkut (xilem
dan floem).
Huruf Jepang
ひらがな
あいうえおaiueo
かきくけこkakikukeko
さしすせそsasisuseso
たちつてとtatcitsuteto
なにぬねのnaninuneno
はひふへほhahihuheho
まみむめもmamimumemo
やゆよyayuyo
らりるれろrarirurero
わwao
んn
カタカナkatakana
アイウエオaiueo
カキクケコkakikukeko
サシスセソsasisuseso
タチツテトtatcitsuteto
ナニヌネノnaninuneno
ハヒフヘホhahihuheho
マミムメモmamimumemo
ヤユヨyayuyo
ラリルレロrarirurero
ワwa
ンn
Senin, 27 Agustus 2012
SUFI
Sufisme
Syekh Abu Nashr as-Sarraj – rahimahullah – berkata:
Adapun sifat sifat kaum Sufi dan siapa sebenarnya mereka, adalah sebagaimana
yang pernah dijawab oleh Abdul Wahid bin Zaid – sebagaimana yang pernah saya
terima – dimana ia adalah salah seorang yang sangat dekat dengan Hasan
al-Bashri – rahimahullah – ketika ditanya, “Siapakah kaum Sufi itu menurut
Anda?” Ia menjawab, “Adalah mereka yang menggunakan akalnya tatkala ditimpa
kesedihan dan selalu menetapinya dengan hati nurani, selalu berpegang teguh
pada Tuannya (Allah) dari kejelekan nafsunya. Maka merekalah kaum Sufi.”
Dzun Nun al-Mishri – rahimahullah – ditanya tentang Sufi, kemudian ia menjawab, “Seorang Sufi ialah orang yang tidak dibikin lelah oleh tuntutan, dan tidak dibuat gelisah oleh sesuatu yang hilang darinya.” DzunNun juga pernah mengemukakan, “Orang-orang Sufi adalah kaum yang lebih mengedepankan Allah daripada segala sesuatu. Maka dengan demikian Allah akan mengutamakan mereka di atas segala-galanya.”
Dzun Nun al-Mishri – rahimahullah – ditanya tentang Sufi, kemudian ia menjawab, “Seorang Sufi ialah orang yang tidak dibikin lelah oleh tuntutan, dan tidak dibuat gelisah oleh sesuatu yang hilang darinya.” DzunNun juga pernah mengemukakan, “Orang-orang Sufi adalah kaum yang lebih mengedepankan Allah daripada segala sesuatu. Maka dengan demikian Allah akan mengutamakan mereka di atas segala-galanya.”
Pernah ditanyakan pada sebagian orang Sufi, “Siapa
yang pantas menjadi sahabatku?” Maka ia menjawab, “Bertemanlah dengan kaum
Sufi, karena di mata mereka kejelekan yang ada pasti memiliki berbagai alasan
untuk dimaafkan. Sedangkan sesuatu yang banyak dalam pandangan mereka tak ada
artinya, sehingga tak membuat Anda merasa bangga (ujub).”
Al-Junaid bin Muhammad – rahimahullah – ditanya tentang kaum Sufi, “Siapa mereka?” Ia menjawab, “Mereka adalah kaum pilihan Allah dari makhluk-Nya yang Dia sembunyikan tatkala Dia menyukai dan Dia tampakkan tatkala Dia menyukai pula.”
Al-Junaid bin Muhammad – rahimahullah – ditanya tentang kaum Sufi, “Siapa mereka?” Ia menjawab, “Mereka adalah kaum pilihan Allah dari makhluk-Nya yang Dia sembunyikan tatkala Dia menyukai dan Dia tampakkan tatkala Dia menyukai pula.”
Abu al-Husain Ahmad bin Muhammad an-Nuri –
rahimahullah – ditanya tentang kaum Sufi, maka ia menjawab, “Kaum Sufi ialah
orang yang mendengar sama’ (ekstase ketika dzikir) dan lebih memilih
menggunakan sarana (sebab).”
Orang-orang Syam menyebut kaum Sufi dengan sebutan fuqara’ (orang orang fakir kepada Allah). Dimana mereka memberikan alasan, bahwa Allah swt. telah menyebut mereka dengan fuqara’ dalam firman Nya:
“(Juga) bagi orang-orang fakir yang berhijrah, dimana mereka diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang jujur (benar).” (Q.s. al Hasyr:8).
Orang-orang Syam menyebut kaum Sufi dengan sebutan fuqara’ (orang orang fakir kepada Allah). Dimana mereka memberikan alasan, bahwa Allah swt. telah menyebut mereka dengan fuqara’ dalam firman Nya:
“(Juga) bagi orang-orang fakir yang berhijrah, dimana mereka diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang jujur (benar).” (Q.s. al Hasyr:8).
Dan firman Nya pula:
“(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) dijalan Allah.” (Q.s. al Baqarah: 273).
“(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) dijalan Allah.” (Q.s. al Baqarah: 273).
Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad Nahya al-Jalla’ –
rahimahullah – ditanya tentang seorang Sufi. Maka ia menjawab, “Kami tidak tahu
akan adanya persyaratan ilmu, akan tetapi kami hanya tahu, bahwa ia adalah
seorang fakir yang bersih dari berbagai sarana (sebab). Ia selalu bersama Allah
Azza wajalla dengan tanpa batas tempat. Sementara itu al-Haq, Allah tidak
menghalanginya untuk mengetahui segala tempat. Itulah yang disebut seorang
Sufi.”
Ada pendapat yang menyatakan, bahwa kata Sufi
awalnya berasal dari kata Shafawi (orang yang bersih), namun karena dianggap
berat dalam mengucapkan, maka diganti menjadi Shufi. Abu Hasan al Qannad
rahimahullah ditanya tentang makna Sufi, maka ia menjawab, “Kata itu berasal
dari kata Shafa’, yang artinya adalah selalu berbuat hanya untuk Allah Azza wa
jalla dalam setiap, waktu dengan penuh setia.”
Sebagian yang lain berkata, “Sufi adalah seseorang
apabila dihadapkan pada dua pilihan kondisi spiritual atau dua akhlak yang
mulia, maka ia selalu memilih yang paling baik dan paling utama.” Ada pula yang
lain ditanya tentang makna Sufi, maka ia menjawab, “Makna Sufi adalah apabila
seorang hamba telah mampu merealisasikan penghambaan (ubudiyyah), dijernihkan
oleh al-Haq sehingga bersih dari kotoran manusiawi, menempati kedudukan hakikat
dan membandingkan hukum-hukum syariat. Jika ia bisa melakukan hal itu, maka
dialah seorang Sufi. Karena ia telah dibersihkan.”
Syekh Abu Nashr – rahimahullah – berkata: jika Anda ditanya, “Siapa pada hakikatnya kaum Sufi itu?” Coba terangkan pada kami! Maka Syekh Abu Nashr as-Sarraj memberi jawaban, “Mereka adalah ulama yang tahu Allah dan hukum-hukum Nya, mengamalkan apa yang Allah ajarkan pada mereka, merealisasikan apa yang diperintah untuk mengamalkannya, menghayati apa yang telah mereka realisasikan dan hanyut (sirna) dengan apa yang mereka hayati. Sebab setiap, orang yang sanggup menghayati sesuatu ia akan hanyut (sirna) dengan apa yang ia hayati.”
Syekh Abu Nashr – rahimahullah – berkata: jika Anda ditanya, “Siapa pada hakikatnya kaum Sufi itu?” Coba terangkan pada kami! Maka Syekh Abu Nashr as-Sarraj memberi jawaban, “Mereka adalah ulama yang tahu Allah dan hukum-hukum Nya, mengamalkan apa yang Allah ajarkan pada mereka, merealisasikan apa yang diperintah untuk mengamalkannya, menghayati apa yang telah mereka realisasikan dan hanyut (sirna) dengan apa yang mereka hayati. Sebab setiap, orang yang sanggup menghayati sesuatu ia akan hanyut (sirna) dengan apa yang ia hayati.”
Abu Hasan al Qannad – rahimahullah – berkata,
“Tasawuf adalah nama yang diberikan pada lahiriah pakaian. Sedangkan mereka
berbeda beda dalam berbagai makna dan kondisi spiritual.”
Abu Bakar Dulaf bin Jahdar asy-Syibli – rahimahullah – ditanya tentang mengapa para kaum Sufi disebut dengan nama demikian. Ia menjawab, “Karena masih ada bekas yang mengesan di jiwa mereka. Andaikan tidak ada bekas tersebut, tentu berbagai nama tidak akan bisa melekat dan bergantung pada mereka.”
Abu Bakar Dulaf bin Jahdar asy-Syibli – rahimahullah – ditanya tentang mengapa para kaum Sufi disebut dengan nama demikian. Ia menjawab, “Karena masih ada bekas yang mengesan di jiwa mereka. Andaikan tidak ada bekas tersebut, tentu berbagai nama tidak akan bisa melekat dan bergantung pada mereka.”
Disebutkan juga bahwa kaum Sufi adalah sisa-sisa
orang-orang terbaik Ahlush-Shuffah (para penghuni masjid yang hidup pada zaman
Nabi saw., pent.).
Adapun orang yang mengatakan bahwa nama tersebut merupakan simbol lahiriah pakaian mereka. Hal ini telah disebutkan dalam riwayat tentang orang orang yang mengenakan pakaian shuf (wool), dimana para Nabi dan orang orang saleh memilih pakaian jenis ini. Sementara untuk membicarakan masalah ini akan cukup panjang. Banyak jawaban tentang tasawuf, dimana sekelompok orang telah memberikan jawaban yang berbeda beda. Di antaranya adalah Ibrahim bin al-Muwallad ar-Raqqi rahimahullah yang memberikan jawaban lebih dari seratus jawaban. Sedangkan yang kami sebutkan, kami rasa sudah cukup memadai.
Adapun orang yang mengatakan bahwa nama tersebut merupakan simbol lahiriah pakaian mereka. Hal ini telah disebutkan dalam riwayat tentang orang orang yang mengenakan pakaian shuf (wool), dimana para Nabi dan orang orang saleh memilih pakaian jenis ini. Sementara untuk membicarakan masalah ini akan cukup panjang. Banyak jawaban tentang tasawuf, dimana sekelompok orang telah memberikan jawaban yang berbeda beda. Di antaranya adalah Ibrahim bin al-Muwallad ar-Raqqi rahimahullah yang memberikan jawaban lebih dari seratus jawaban. Sedangkan yang kami sebutkan, kami rasa sudah cukup memadai.
Ali bin Abdurrahim al-Qannad – rahimahullah –
memberi jawaban tentang tasawuf dan lenyapnya orang-orang Sufi dalam untaian
syairnya:
Ketika Ahli Tasawuf telah berlalu, tasawuf menjadi keterasingan, jadi teriakan, ekstase dan riwayat. Ketika berbagai ilmu telah berlalu, maka tak ada lagi ilmu dan hati yang bersinar,Nafsumu telah mendustaimu, tak ada pijakan jalan nan indah
Hingga kau tampak pada manusia dengan ketajaman mata, mengalir rahasia yang ada di dalam dirimu terbuka Tampaklah aktivitas dan rahasia bergururan.
Di kalangan para guru (syekh) Sufi ada tiga jawaban tentang tasawuf. Ketika Ahli Tasawuf telah berlalu, tasawuf menjadi keterasingan, jadi teriakan, ekstase dan riwayat. Ketika berbagai ilmu telah berlalu, maka tak ada lagi ilmu dan hati yang bersinar,Nafsumu telah mendustaimu, tak ada pijakan jalan nan indah
Hingga kau tampak pada manusia dengan ketajaman mata, mengalir rahasia yang ada di dalam dirimu terbuka Tampaklah aktivitas dan rahasia bergururan.
Pertama, jawaban dengan syarat ilmu, yaitu membersihkan hati dari kotoran kotoran, berakhlak mulia dengan makhluk Allah dan mengikuti Rasulullah saw. dalam syariat.
Kedua, jawaban dengan lisanul-haqiqah (bahasa hakikat), yaitu tidak merasa memiliki (pamrih), keluar dari perbudakan sifat dan semata mencukupkan diri dengan Sang Pencipta langit.
Ketiga, jawaban dengan lisanul-Haq (bahasa al-Haq), yakni mereka yang Allah bersihkan dengan pembersihan sifat-sifatnya, dan Dia jernihkan dari sifat mereka. Merekalah yang pantas disebut kaum Sufi.
Saya pernah bertanya pada al-Hushri, “Siapakah sebenarnya seorang Sufi menurut pandangan Anda.” Ia menjawab, “Ia adalah seorang manusia yang tidak bertempat di atas bumi dan tidak dinaungi langit. Artinya, sekalipun mereka berada di atas bumi dan di bawah langit, akan tetapi Allah-lah yang menempatkannya di atas bumi dan Dia pulaYang menaunginya dengan langit. Bukan bumi atau langit itu sendiri.”
Dari Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. diriwayatkan bahwa ia pernah berkata, “Bumi mana yang akan sanggup memberi tempat pada saya dan langit mana yang sanggup menaungiku, jika saya mengatakan tentang apa yang ada dalam Kitab Allah menurut pendapatku semata.”
—(ooo)—
Syeikh Abu Nashr as-Sarraj
Sumber: Daris Rajih
Langganan:
Postingan (Atom)